Tak
seperti kebiasaan Ella dihari-hari yang dilaluinya selama 15 tahun
kehidupannya, Ella pagi ini sudah rapi. Padahal saat ini jam masih menunjukkan
pukul 15.30 WIB. Bagi orang yang sudah mengenal Ella, mereka pasti mengira Ella
sedang ada masalah. Itu karena Ella biasanya baru akan bangun jika jam sudah
menunjukkan pukul 06.00 WIB.
Yah...
itu tidak aneh sih, melihat hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolahnya
yang baru. Sebenarnya hari-hari sekolah sudah berjalan selama satu minggu. Walaupun
waktu satu minggu itu hanya diisi dengan acara Pra-MOS dan MOS. (Yap, Ella
adalah siswa baru alias siswa kelas sepuluh.) Ella tetap saja merasa sedih
karena kehilangan masa awal sebagai siswi SMA. Jadi sekarang dia sangat
bersemangat.
Ella
yang terlalu bersemangat, tidak bisa menunggu dengan diam untuk waktu yang
lama. Entah apa yang sudah dia lakukan, dan entah sudah berapa kali dia menatap
pantulan dirinya pada cermin. Dan entah sudah berapa lama dia mengatur
rambutnya agar menutupi bekas luka pada dahinya yang menunjukkan bahwa
kecelakaan yang dialaminya adalah kenyataan yang benar-benar telah terjadi.
Dan
terbayanglah alasan Ella kehilangan satu minggu masa awalnya menjadi anak SMA yaitu
dia mengalami kecelakaan saat dia berangkat ke sekolahnya yang baru. Kecelakaan
itu terjadi dihari pertama Pra-MOS, dengan suasana hati yang sama dengan
sekarang, yaitu semangatnya. Tapi sial baginya, diperjalanannya menuju ke
sekolah, Ella mengalami kecelakaan.
Itulah
sebabnya Ella kehilangan masa-masa awalnya untuk mengenal sekolah barunya
bersama dengan teman barunya juga. Walaupun katanya seperempat dari siswa baru
di SMA itu adalah teman-teman lamanya waktu SMP. Tapi Ella juga ingin memiliki
teman lain diluar lingkungan pertemanannya saat SMP.
Sehingga
Ella sangat bersemangat untuk segera masuk sekolah. Semakin cepat dia berangkat
ke sekolah, semakin cepat pula dia mendapat teman baru di sekolahnya yang baru.
Setelah
yakin rambut depannya akan terus menutupi bekas luka didahinya, Ella keluar
dari kamar dengan tujuan berangkat sekolah. Saat Ella melewati ruang keluarga,
dia melihat foto besar yang memuat keluarganya, mulai dari ayah, ibu, dan satu
kakaknya. Diapun berhenti dan menatap foto itu, dia merasakan sesuatu, tapi dia
tidak bisa menggambarkannya.
Tiba-tiba
dia mendengar suara dari arah dapur. Pasti itu suara ibunya sedang bernyanyi di
dapur. Ibunya memang memiliki hobi menyanyi sendiri saat dia sedang memasak.
Dia
berniat untuk menyapa ibunya dulu sebelum berangkat sekolah. Saat itulah dia melihat
jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.25. Ternyata dia sudah terlena
melihat foto keluarnya telalul lama sehingga melupakan waktu yang terus
berjalan.
Itu
menyebabkan Ella menjadi panik, lalu dia memutuskan untuk tidak
bersantai-santai lagi dan berteriak “MA... aku berangkat dulu, Ma..”. Tanpa
menunggu jawaban dari ibunya, Ella langsung lari, pergi meniggalkan rumanhnya
dan menuju sekolah.
Disepanjang
perjalanan menuju sekolah, senyum Ella tak pernah hialng dari wajahnya. Tidak sampai
sepuluh menit, Ella sudah sampai di depan gerbang gerbang sekolahnya. Biarpun
dia belum pernah masuk sekalah ini, dia merasa familiar dengan lingkungan
sekolan ini. Akhirnya dia masuk dan dengan mudah menemukan kelas yang akan
dihuninya setahun kedepan.
Saat
dia akan masuk kelasnya, keadaan kelas sudah lumayan ramai. Dan tiba-tiba Ella
merasa nervous. Akhirnya Ella tidak
jadi memasuki kelasnya karena dia terlalu nervous
untuk menghadapi teman barunya dan dia memutuskan untuk berkeliling sekolahnya.
“Sekalian menebus saat dia tidak mengikuti MOS” kilahnya.
Tanpa
terasa, bel masuk sekolah berbunyi. Ella yang masih jalan-jalan langsung
berlari menuju kelasnya. Saat dia tiba di depan kelas, sudah ada guru yang
duduk di meja guru. Ella yang berdiri di depan kelas jadi bingung sendiri,
“Akukan baru pertama masuk kok sudah telat masuk kelas, masa aku harus
menanggung julukan Si Anak Terlambat gara-gra ini” pikirnya melantur.
Tiba-tiba
sang guru menatapnya, “Kalian yang terlambat!” katanya dingin. “Cepat duduk di
tempat kalian!”
Ternyata
tidak hanya Ella saja yang terlambat, masih ada anak lain. ‘Selamat’ kata Ella
dalam hati senang.
Saat
Ella akan menampilkan senyum manisnya pada mereka yang sama-sama telat
sepertinya. Ella malah mendapat respon yang tidak mengenakkan, yaitu mereka
dengan seenaknya dan muka tanpa dosa menabraknya.
Yah...
sebenarnya tidak menabraknya dengan keras, hanya menyenggol bahunya. Tapi yang
membuat Ella kesal adalah sikap mereka yang seolah-olah mereka adalah bosnya
dan Ella dianggap hanya sesuatu yang tidak cocok berada di pergaulan mereka
sehingga memperlakukannya seolah dia tidak ada disana.
“Yah...
kalau dipikir-pikir, mereka bertigakan murid yang telat. Jadi tidak menutup
kemungkinan bahwa mereka murid yang langganan telat. Dan itu berarti mereka
memang anak yang bermasalah” pikir Ella. “Eeehhh.... jika aku telat bersama
mereka bertiga, mungkin teman lainnya akan menganggap aku juga murid yang
bermasalah, mulai sekarang aku harus membuat image yang baik terhadap diriku”.
“Semoga
teman kelas yang lain tidak sama dengan para murud bermasalah tadi, agar aku
bisa dengan mudah menyesuaikan diri dan mengejar ketinggalannku dalam berteman”
harap Ella.
Awalnya
dia menunggu agar Ibu Guru untuk memperkenalkannya, tapi melihat sang guru yang
sedang sibuk sendiri, Ella memutuskan untuk mencari tempat duduk.
Saat
menuju tempat duduknya, Ella mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi
dia tidak mendapat yang dia harapkan. Padahal yang dia harapkan hanya mata
penuh tanya dan rasa ingin tahu yang ditunjukkan kepadanya, si anak baru.
Sehingga
pikiran negatif bertebaran di dalam kepalanya. Seperti ‘apa aku ini memang
tidak cocok berada disini’ atau ‘apa teman-teman sekelasnya hanya berisi
anak-anak sombong yang memilih-milih teman dalam pergaulan elite kecil mereka, dan
aku tidak memenuhi syarat untuk masuk dan pergaulan itu’ atau ‘apa mereka
melihat bekas lukaku dan mereka merasa takut untuk berteman denganku, karena
aku terlihat menakutkan dengan luka di dahiku itu’.
Sebelum
Ella lebih terpuruk dalam pikiran negatifnya yang semakin menumpuk, ada
pengumuman dari sound yang terdapat di setiap kelas. Sound itu digunakan untuk
mempermudah para staf sekolah, guru, dan orang yang berkepentingan untuk
membuat sebuah pengumuman dengan langsung.
Suara
seorang pria terdengar, “mungkin salah seorang guru” pikir Ella dalam hati.
“...
Ellasya Putri ...” Ella kaget saat namanya dipanggil, Ellapun mempertajam
pendengarannya karena dia dari tadi tidak terlalu mendengarkan pengumuman
karena kepalanya masih dipenuhi dengan pikiran negatifnya.
Tapi
saat dia melihat teman-temannya yang lain, dia merasa dia dalam masalah besar,
karena teman-temannya bereaksi sangat heboh dengan pengumuman itu, ada yang
menutup mulutnya dengan muka kaget, ada juga yang hanya menunjukkan muka datar,
ada yang wajahnya hanya menunjukkan kesedihan, bahkan ada yang menangis
tersedu-sedu.
Dan
saat Ella lebih memperhatikan pengumuman, dia sangat kaget karena yang dia
dengar sangat tak masuk akal.
“Seorang
teman, adik, dan murid kita telah berpulang ke rahmat tuhan. Walaupun dia belum
pernah masuk sekolah ini karena kecelakaan. Dia tetaplah murid sekolah ini,
namanya adalah Ellasya Putri ...” kata guru yang disiarkan lewat sound.
“TIDAK!!!
ITU TIDAK MUNGKIN!!! AKU DISINI! AKU BELUM MATI! AKULAH ELLASYA PUTRI DAN AKU
BELUM MATI” teriak Ella keras-keras. Lalu dia melihat ke sekelilingnya untuk
meluruskan pengumuman yang baru dibuat itu. Tapi yang didapatinya adalah
temannya seperti tidak melihatnya. Dan itu membuatnya semakin jengkel, dari
awal permainan teman-temannya untuk tidak mempedulikannya membuatnya naik
pitam. Dan saat dia memegang pundak teman yang paling dekat dengannya,
tangannya menembus bahu temannya.
“...
dan penyebab dari kepergian Ellasya Putri adalah dia mengalami kecelakaan saat
dia berangkat untuk mengikuti Pra-MOS hari pertama. Kecelakaan itu menyebabkan
dia mengalami koma sampai tadi pagi. Ellasya sempat sadar selama beberapa
menit, tetapi kemudian kondisinya memburuk dan Ellasya akhirnya berpulang ke
rahmat tuhan...” penjelasan dari pengumuman.
Dan
saat itulah Ella menyadari semuanya. Saat dia berkaca pagi tadi, dia tidak
melihat tubuhnya. Yang didengarnya dari dapur bukanlah nyanyian ibunya,
melainkan tangisan dari ibu dan kakaknya.
Dan sikap dari
guru dan teman-temannya kepadanya sepanjang hari ini. Meraka mengabaikan Ella
bukan karena menganggapnya tidak terlihat, memang dirinya sudah tidak terlihat
oleh mereka.
“Aku sudah mati ya” kata Ella akhirnya dan
sedikit demi sedikit fragmen-fragmen
tubuhnya terbang terbawa angin dan akhirnya tubuhnya hilang sepenuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar